Peresmian Teer Medan.
Dalam pelaksanaannya, KeMANGTEER Medan mengisi acara dengan diskusi mangrove dari pengelola konservasi mangrove, pembacaan SK sekaligus peresmian, dan di hari terakhir melakukan penanaman mangrove.
Saat peresmian, ada sedikit yang berbeda, karena peresmian dilakukan sesuai dengan tradisi yang ada di kalangan anak muda di Medan, khususnya mahasiswa.
Dalam peresmiannya, KeMANGTEER Medan menggunakan Tradisi Upah-upah, yaitu seperti pemberian tepung tawar yang dicampur dengan air, kepada para founder KeMANGTEER Medan, maupun kepada panitia pelaksana oleh Pembina KeMANGTEER Medan.
Ritual Upah-upah ini dilakukan pada malam puncak, yang disertai dengan menyalakan api unggun, tepat pada pukul 00:00 WIB, setelah pembacaan SK oleh Pembina KeMANGTEER Medan.
Hal ini dilakukan, untuk mencapai titik kesakralan sebuah pengukuhan maupun peresmian, yang harapannya bisa menjadi motivasi seiring dengan berjalannya organisasi ini, dan agar terus diingat.
Sebagai informasi, lokasi peresmian KeMANGTEER Medan ini, yaitu Kampoeng Nipah, merupakan salah satu nama wilayah yang ada di Desa Sei Nagalawan.
Wilayah ini merupakan wilayah konservasi hutan mangrove yang memiliki luas 7 hektar, yang menjadi tujuan wisata pendidikan mangrove bagi masyarakat di Kota Medan.
Kampoeng Nipah dikelola oleh Kelompok Nelayan Muara Baimbai yang memiliki anggota 60 KK. Saat ini, kelompok nelayan Muara Baimbai sudah mengelola jajanan berbahan dasar mangrove, seperti kerupuk jeruju, teh jeruju, dodol mangrove, dan sirup mangrove serta ada juga kerupuk ikan.
Keseluruhan pelaksanaan acara peresmian KeMANGTEER Medan berjalan dengan baik dan lancar yang diikuti juga dengan foto-foto disaat acara dengan tujuan untuk menginspirasi dan memotivasi anak muda Indonesia bahkan dunia, untuk semakin peduli dengan masa depan mangrove dan masyarakat pesisir kita. Semangteer! (ADM).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar